ANDAI HUDHUD SEORANG NETIZEN
(Renungan ayat 20-28 Surat An-Naml)
Nasaruddin
Andai hudhud seorang netizen, pasti akun medsosnya berisi hal-hal penting dan bermanfaat. Al-Qur'an menyebut berita yang dibawanya untuk Nabi Sulaiman dengan naba' yang artinya berita penting. Dalam bahasa Arab, naba' beda dengan khabar, walaupun keduanya sama-sama berarti berita. Khabar adalah berita biasa, sedangkan naba adalah berita yang sangat penting. Dan yang dibawa hudhud bukan naba' biasa, tapi naba' yaqiin, berita yang tidak hanya penting tapi juga meyakinkan.
Andai hudhud seorang netizen, kita tak akan membaca darinya hal-hal remeh yang tak berguna buat orang lain. Tak akan dia menulis dan menyebarkan sesuatu hanya karena iseng atau hanya untuk menghalau galau pribadinya. Yang ditulisnya pasti yang bernilai buat yang membacanya. Ia juga tak akan menulis sesuatu yang berisi ujaran yang menyebarkan kebencian, sindiran, dan hinaan yang tidak jelas kebenarannya tapi jelas-jelas bertujuan untuk mengeruhkan suasana dan memanaskan hati orang lain.
Andai hudhud seorang netizen, kita akan lihat bahwa dia berani mengambil risiko demi memberitakan sesuatu yang benar. Ia tahu dan sadar bahwa mangkir pada apel dengan baginda Sulaiman taruhannya adalah sanksi berat bahkan nyawa. Nabi Sulaiman sendiri, ketika tidak melihat hudhud di antara pasukannya, mengancam akan menghukumnya dan bahkan menyembelihnya. Hudhud, sekali lagi, tahu dan sadar akan risiko berat ini, tapi ia berani menghadapinya karena dia membawa berita yang benar, penting dan meyakinkan.
Andai hudhud seorang netizen, tak akan pernah dia menyebarkan berita hoaks yang ketika dipersoalkan akan menyeret dirinya sendiri ke dalam masalah hukum. Tak akan dia menyebar berita yang kelak akan dia sesali sendiri. Tak akan pula dia menyebar sesuatu yang semakin menggelinding semakin menunjukkan kebohongannya.
Andai hudhud seorang netizen, pasti apa yang dia tulis dan share menarik bagi siapa pun yang membacanya. Kepada Sulaiman dia membawa berita tentang seorang ratu pemilik singgasana megah yang menyembah matahari. Sejatinya, banyak hal tentang negeri Saba' yang bisa hudhud ceritakan kepada Sulaiman, tapi dia memilih membawa cerita tentang ratu yang berkuasa dan rakyatnya menyembah matahari. Karena dia tahu itulah yang sangat menarik untuk seorang raja yang begitu berkuasa tapi tunduk kepada Allah. Tidak ada yang membuat seorang raja muslim yang kekuasaanya tak tertandingi sepanjang zaman terusik kecuali berita bahwa ada penguasa lain yang menyembah selain Allah.
Andai hudhud seorang netizen, tidak akan dia menyebarkan sesuatu tanpa lebih dulu bertanya kepada dirinya apakah itu menarik dan bermanfaat untuk orang atau tidak. Dia tidak akan hanya mengisi akun medsosnya dengan foto-foto yang memamerkan bulu dan jambulnya yang indah, atau shareloc di atas negeri mana dia terbang, di pohon atau tebing mana dia bertengger dan mengais serangga, atau di telaga mana ia melepas dahaga, kalau ia tahu itu tidak memberi manfaat bagi orang lain yang melihatnya.
Andai hudhud seorang netizen, dia tak akan menyebarkan informasi tanpa tabayyun untuk terlebih dahulu memastikan kebenarannya. Sebelum membawa berita tentang ratu dan negeri Saba kepada Sulaiman, dia terlebih dulu melakukan pengamatan menyeluruh atas negeri itu, walaupun untuk itu dia sampai terlambat bergabung dengan pasukan Sulaiman yang ancaman hukumannya sangat berat. Semua itu dia lakukan hanya untuk memastikan bahwa yang dibawanya adalah berita valid yang bukan sekedar forward dan copas.
Andai hudhud seorang netizen, kita akan lihat betapa dia bertanggung jawab atas semua yang ia sebarkan. Ketika Sulaiman akan membuktikan kebenaran berita yang dibawanya, dia tidak berkelit dan menghindar dengan alasan yang dicari-cari. Sebaliknya, ia dengan mantap dan penuh percaya diri membawa surat Nabi Sulaiman kepada Ratu Bilqis untuk mengonfirmasi kebenaran berita yang diklaimnya. Tampak sudah tertanam dalam dirinya sebuah prinsip dan sikap tanggung jawab: berani membawa berita, berani membuktikan kebenarannya!
Andai kita benar-benar mau belajar dari hudhud, kita akan tercerahkan bahwa berita yang kita share, jika itu benar, penting, dan manfaat, akan memuliakan diri kita sendiri. Hudhud hanyalah seekor burung kecil di tengah kerajaan agung Nabi Sulaiman yang terdiri dari manusia, jin, hewan, dan angin. Tapi, karena berita penting dan bermanfaat yg dibawanya, dia menjadi tangan kanan dan utusan khusus Nabi Sulaiman. Karena berita yg dibawanya pula, kelak, sebuah kerajaan penyembah matahari menganut tauhid dan menyembah Allah.
Sebaliknya, jika info yg kita sebar adalah penghinaan, maka itu akan menjadi jalan kehinaan bagi diri kita sendiri. Kita akan terhina oleh penghinaan kita kepada orang lain. Kita hakikatnya membenci diri kita sendiri ketika melepas ujaran kebencian kepada orang lain. Dan ketika kita merendahkan orang lain, kita sesungguhnya tengah mempertontonkan kerendahan pribadi kita, siapa pun kita adanya. Kata-kata adalah cerminan siapa yang mengucapkan atau menuliskannya. Ketika kita merendahkan atau menghina seseorang di medsos, kata-kata hinaan yang kita sebarkan itu sejatinya lebih menggambarkan siapa kita ketimbang siapa orang tersebut.
Maha besar Allah yang telah menitipkan pelajaran agung nan mulia ini kepada seekor burung. Agar kita sebagai manusia sadar betapa rendahnya kita jika gagal mengambil darinya 'ibroh dan pelajaran. Semoga teladan dan semangat dari burung hudhud ini mengiringi setiap kata atau apa pun yang kita sebarkan di media sosial. Amin. Wallahu A’lam.
Link artikel ini di media lain...